Tuesday, October 22, 2013

Makalah ayat-ayat Al-Qur'an tentang pengembangan ilmu dan teknologi



1.      Surat Ar-Rahman: 33

يَا مَعْشَرَ الْجِنِّ وَالْإِنْسِ إِنِ اسْتَطَعْتُمْ أَنْ تَنْفُذُوا مِنْ أَقْطَارِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ فَانْفُذُواۚ لَا تَنْفُذُونَ إِلَّا بِسُلْطَانٍ
       Ø   Terjemahan ayat

“Hai jemaah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. 55:33)

       Ø   Penjelasan
Beberapa ahli menjelaskan kata sulthan dengan berbagai macam arti, ada yang mengartikan dengan kekuatan, dan kekuasaan, ada pula yang mengartikan dengan ilmu pengetahuan,kemampuan dan sebagainya.

{ إِنِ استطعتم أَن تَنفُذُواْ مِنْ أقطار السموات والأرض فانفذوا لاَ تَنفُذُونَ إِلاَّ بسلطان } [ الرحمن : 33 ] فعلى هذا يكون المراد منه سعة العلم

“Jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya melainkan dengan kekuatan.” (QS. 55:33)
Maka yang dimaksud darinya adalah kelapangan dan kedalaman ilmu...
Tafsiir ar-RaziiII/306[2]

Dr. Abd. Al-Razzaq Naufal dalam bukunya Al-Muslimun wa al-Ilm al-Hadis, mengartikan kata “sulthan” dengan ilmu pengetahuan dan kemampuan atau teknologi. Kemudian beliau menjelaskan bahwa ayat ini member isyarat kepada manusia bahwa mereka tidak mustahil untuk menembus ruang angkasa, bila ilmu pengetahuan dan kemampuannya atau teknologinya memadai.
Al-Qur’an memang tidak memberi petunjuk-petunjuk secara rinci untuk hal itu, tetapi al-Qur’an memberi modal dasar berupa akal dan sarananya secara mentah untuk digali dan diolah sehingga bermanfaat untuk kehidupan manusia. Karena akal pulalah manusia ditunjuk oleh Allah menjadi Khalifah fil- Ardl, sebagai Khalifah di bumi dengan tugas mengurus dan memakmurkannya, serta menjadi makhluk yang paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya.
Ayat tersebut anjuran bagi siapapun yang bekerja di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, untuk berusaha mengembangkan kemampuan sejauh-jauhnya sampai-sampai menembus (melintas) penjuru langit dan bumi. Namun al-Qur’an member peringatan agar manusia bersifat realistic, sebab betapapun baiknya rencana, namun bila kelengkapannya tidak dipersiapkan maka kesia-siaan akan dihadapi. Kelengkapan itu adalah apa yang dimaksud dalam ayat itu dengan istilah sulthan, yang menurut salah satu pendapat berarti kekuasaan, kekuatan yakni ilmu pengetahuan dan teknologi. Tanpa penguasaan dibidang ilmu dan teknologi jangan harapkan manusia memperoleh keinginannya untuk menjelajahi luar angkasa. Oleh karena itu, manusia ditantang dianjurkan untuk selalu mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi.
       Ø   Kesimpulan
a.       Al-Qur’an mendorong umat manusia untuk mengadakan penelitia baik dibumi maupun di langit sehingga dapat dimanfaatkan untuk kebutuhan hidup mereka.
b.      Penjelajahan dan penelitian tersebut tidak bisa terlaksana tanpa adanya ilmu pengetahuan dan sarana teknologi yang memadai.
c.       Umat islam bisa terbang ke luar angkasa bila ilmu pengetahuan dan teknologinya memadai seperti diisyaratkan dalam al-Qur’an.

2.      Surat Al-Mulk: 19

أَوَلَمْ يَرَوْا إِلَى الطَّيْرِ فَوْقَهُمْ صَافَّاتٍ وَيَقْبِضْنَ ۚ مَا يُمْسِكُهُنَّ إِلَّا الرَّحْمَٰنُ ۚ إِنَّهُ بِكُلِّ شَيْءٍ بَصِيرٌ

       Ø   Terjemahan ayat

“Dan apakah mereka tidak memperhatikan burung-burung yang mengembangkan dan mengatup sayapnya diatas mereka? Tidak ada yang menahan di (udara) selain Yang Maha Pemurah Dia Maha Melihat Segala Sesuatu”.

       Ø   Penjelasan

Kalau kita perhatikan, mengapa burung bisa terbang mengembangkan sayapnya? Karena burung lengkapi dengan organ-organ tertentu, misalnya sayap, bulu-bulu yang dapat menahan angin dan badan yang lebih ringan daripada tenaganya, tentu hal serupa juga tidak mustahil bagi manusia untuk bisa terbang, Bila dilengkapi dengan organ-organ yang mampu menerbangkannya. Hai ini pernah dicoba oleh manusia terdahulu ketika mereka mencoba terbang seperti burung. Mereka membuat sayap kemudian diikatkan pada kedua tangannya, lalu terbang dari atas, namun sayang mereka tidak bisa terbang ke atas karena tidak seimbang antara berat badannya dan kekuatan sayapnya.
Tetapi berkat akal pikirannya manusia akhirnya mampu membuat pesawat udara dan alat-alat lain yang dapat menerbangkan dirinya bahkan benda-benda yang jauh lebih berat. Maha Besar Allah yang telah manusia dan dilengkapi dengan akal pikiran.
Ilmu pengetahuan dan teknologi adalah lapangan kegiatan yang terus menerus dikembangkan karena mempunyai manfaat sebagai penunjang kehidupan manusia. Berkat hasil ilmu pengetahuan dan teknologi banyak segi kehidupan itu dipermudah. Dahulu untuk mengetahui waktu shalat, orang Islam melihat posisi matahari langsung dengan mata kepala, sekarang cukup dengan melihat jarum arlooji. Contoh lain adanya handphone (HP), yang mempermudah orang dalam menyampaikan berita tanpa harus susah payah untuk berjalan.


       Ø   Kesimpulan
a.      Di antara tanda-tanda kekuasaan Allah ialah Dia menciptakan burung yang dilengkapi dengan organ-organ tubuhnya sehingga sanggup terbang diangkasa.
b.      Kemampuan manusia terbang seperti burung adalah berkat akal yang dianugerahkan Allah. Dengan akal manusia mampu menciptakan peralatan (pesawat terbang) yang mampu membawa mereka terbang ke udara bahkan keluar angkasa.


3.      Surat Al-Hadid: 25

لَقَدْ أَرْسَلْنَا رُسُلَنَا بِالْبَيِّنَاتِ وَأَنْزَلْنَا مَعَهُمُ الْكِتَابَ وَالْمِيزَانَ لِيَقُومَ النَّاسُ بِالْقِسْطِ ۖ وَأَنْزَلْنَا الْحَدِيدَ فِيهِ بَأْسٌ شَدِيدٌ وَمَنَافِعُ لِلنَّاسِ وَلِيَعْلَمَ اللَّهُ مَنْ يَنْصُرُهُ وَرُسُلَهُ بِالْغَيْبِ ۚ إِنَّ اللَّهَ قَوِيٌّ عَزِيزٌ
       Ø   Terjemahan ayat

“Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia, (supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya. Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa”.[3]

       Ø   Penjelasan

Dalam ayat tersebut, Allah menganugerahkan besi (Al-Hadid) sebagai karunia yang tidak terhingga nilai dan manfaatnya dalam kehidupan sehari- hari kita bisa saksikan betapa besi banyak memberikan manfaat kepada manusia. Dengan besi, manusia bisa menciptakan berbagai macam keperluan rumah tangga, kendaraan laut, darat, udara dan sebagainya. Dengan besi pula manusia dapat membina kekuatan bangsa dan negaranya, karena dari besi dibuat segala alat perlengkapan pertahanan dan keamanan negeri, seperti senapan, kendaraan perang dan sebagainya. Karena besi, bangunan-bangunan pencakar langit didirikan.
Tentu besi itu hanya salah satu contoh saja dari sekian banyak anugerah Allah  yang telah diberikan kepada manusia untuk keperluan hidupnya, seperti emas, perak, tembaga, timah, baja dan lainnya. Kesemuanya itu tersedia di dalam perut bumi, tinggal bagaimana manusia bisa mengeksploitasi dengan tidak merusak lingkungan.

       Ø   Kesimpulan
a.       Allah menciptakan besi sebagai benda yang banyak manfaatnya bagi manusia.
b.      Besi dan barang tambang lainnya banyak tersedia di dalam perut bumi, dan manusia dengan akalnya dipersiapkan mengeksploitasikannya sebatas tidak merusak lingkungan.
c.       Pengguanaan besi dan barang tambang lainnya, diperbolehkan untuk menyusun kekuatan dan alat menegakkan agama Allah serta untuk kemaslahatan manusia.











Monday, October 14, 2013

AL-QURAN DAN MODERNISASI


(Reaktualisasi Nilai-Nilai Alquran Menuju Ke-modern-an Sejati)

Fenomena Modernisasi
Istilah modernisasi sudah sangat dikenal dalam kehidupan masyarakat dewasa ini. Bahwa ia merupakan gambaran peradaban canggih dalam kehidupan umat manusia. Kemudahan transportasi, informasi dan komunikasi, dalam bidang teknologi, menjadi ciri khas eksistensinya. Hal itu dapat dibuktikan dengan semarak teknologi yang semakin akut perkembangannya, mulai dari HP, Komputer, Flash Disk, dan bentuk teknologi lainnya. Dengan alat-alat tersebut dunia seakan terlipat, mudah dijangkau dari segala pejuru dan ke segala penjuru. Dengan demikian, tidak salah apabila Anthony Gidden menyebut modernisasi sebagai time space distanciation, yaitu dunia tanpa batas. Ruang dan waktu bukanlah kendala vital aktivitas manusia dalam berinteraksi dengan sesamnya.
Dalam pada itu, sambutan hangat masyarakat terhadap modernisasi terus berkembang. Modernisasi dianggap angin segar yang akan merekonstruksi peradaban mereka yang dianggap jumud dan tidak relevan dengan keadaan saat ini. Persepsi mereka, teknologi canggih, sebagai implikasi modernisasi, akan membawa kehidupan mereka pada ranah yang lebih maju dan lebih pasti, semua hasil teknologi lebih memuaskan dan menjanjikan. Kepercayaan seperti itu semakin kuat seiring dengan hegemoni teknologi itu sendiri.
Ironisnya, mayoritas masyarakat hanya melihat modernisasi dari aspek kecanggihan teknologinya, sedangkan dampak dan pengaruhnya terhadap sisi-sisi kehidupan mereka, seperti ekonomi, politik, budaya, bahkan agama, tidak lagi diperhitungkan. Padahal menurut Machalli modernisasi akan menghancurkan sendi-sendi kehidupan manusia secara pelan. Dan persepsi tersebut sudah terbukti saat ini. Misalnya, dalam dunia Islam jama’ah dan musyawarah adalah doktrin yang ditekankan implementasinya. Padahal keduanya adalah tradisi kemanusiaan (humanism tradition) dan dengan tradisi tersebut seorang akan lebih mudah menghadapi problemnya, di dalamnya akan terjadi dialektika antara satu sama lain. Tapi, dengan membeludaknya produk-produk modernisasi tradisi tersebut tergeser diganti oleh tradisi yang mengandalkan “kecepatan waktu”. SMS yang sekarang mengganti posisi silatur rahim dalam ajaran Islam adalah salah satu contoh nyatanya.
Klimaksnya, modernisasi hanya menciptakan pergeseran paradigma (shifting paradigm). Nilai-nilai agama yang transenden diganti dengan nilai-nilai teknologi buatan manusia itu sendiri. Akhirnya Alquran sebagai sumber agama yang otentik menjadi beku, nilai yang terkandung tidak dapat diterjemahkan kedalam realitas. Kitab yang diturunkan sebagai penerang umat manusia (rahmatan lilalamin) bukan lagi sebagai pedoman, dan teknologi yang belum jelas asal musal dan tujuannya kini diagungkan. Kalau meminjam bahasa Ulil Abshar, Alquran telah ditundukkan pada realitas. Zaman yang harus sesuai dengan nilai Alquran kini Alquran yang disesuaikan dengan realitas yang ada dengan dalih reaktualisasi nilai-nilai Alquran. Sekiranya sangat benar sabda Nabi Muhammad “akan datang suatu zaman dimana Alquran hanya tinggal tulisan” dijadikan jawaban dalam konteks masa kini.

Alquran Berbicara Modernisasi
Alquran adalah mukjiazat yang diturunkan kepada Nabi  Muhammad selaku manusia pilihan plus Nabi terakhir di dunia ini. Sebagai kitab samawi terakhir, Alquran memiliki keistimewaan yang tidak dimiliki oleh kitab-kitab sebelumnya. Dengan hadis Nabi sebagai penjelas (mubayin) dan penafsiran ulama, Alquran dapat dibuktikan bahwa ia adalah kitab super komplit dalam membicarakan semua fenomena di dunia ini, termasuk fenomena modernisasi, baik ijmal maupun tafsil.
Mayoritas pemikir memahami bahwa modernisasi adalah gerakan untuk merombak cara-cara kehidupan lama menuju “model” kehidupan baru dengan baromiter frekuensi kecepatan dan mutu yang mampu menguasai pasar. Prosesnya mengandalkan “akal mesin” yang dikenal dengan teknologi canggih dan “akal manusia” yang disebut dengan pemikiran kreatif.
Apabila demikian pemahamannya (akal mesin dan menusia sebagai titik fungsinya) modernisasi bukanlah hal baru yang harus ditakuti dan dijauhi. Karena dua puluh abad yang silam Alquran telah mensinyalir. Misalnya tentang laut dan ruang angkasa diterangkan dalam surat Arrahman 33, tentang eksplorasi benda-benda ruang angkasa dan pengolahannya serta pemanfaatan besi dan tembaga sebagai bahan teknologi ada dalam surat Assaba’ 10-13. Ayat-ayat tersebut didukung dengan ayat yang menjelaskan tentang peran akal manusia dalam hidupnya. Sebagai bukti bahwa manusia harus menggunakan akalnya untuk bisa mendapat apa yang ia harapkan.
Dengan beberapa ayat tersebut, dipahami bahwa modernisasi dalam kehidupan manusia merupakan hal yang pasti terjadi, atau dalam bahasa Alquran disebut  sunnatullah. Karena kecerdasan yang semakin meningkat, penemuan yang semakin padat dan fasilitas yang semakin lengkap dengan sendirinya akan menuntut manusia untuk mereformasi sistem kehidupannya dan mencari sistem baru, dengan pemikiran baru tentunya, yang sesuai dengan kondisi dimana dan kapan dia hidup. Allah berfirman “Allah tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali mereka merubanya sendiri”.

Reaktualisasi Nilai yang Hilang
Dalam tulisan ini terdapat dua kata kunci. Pertama, alqauran selaku pandangan hidup (way of live) manusia dalam mengarungi kehidupan mereka. Kedua, Moderninasisi, gerakan baru hasil karya dan karsa manusia serta peradaban mereka yang akan mengganti sistem kehidupan mereka menuju kehidupan yang selangkah lebih maju.
Dua kata kunci atersebut sama-sama memiliki peran signifikan dalam kehidupan mereka. Alquran adalah kitab yang menjadi sumber bagi semua sumber hukum yang menjiwai semua konstitusi . Oleh karena itu, kitab ini diyakini sebagai penyelamat dari semua hiruk pikuk kehidupan dan penghantar pada kebahagiaan hakiki. Sedangkan modernisasi merupakan gerakan dunia canggih yang akan membawa manusia pada dunia dimana “instanisme” berkuasa. Segala sesuatu akan bergerak secara cepat dengan pekerjaan yang lebih mudah dan kualitas yang lebih baik.
Permasalahan yang tampak sekarang bahwa nilai-nilai sakral keduanya telah hilang. Kesejatiannya mulai ditinggalkan oleh manusia itu sendiri. Alquran dipolitisi dan diinterpretasikan sesuai dengan kebutuhan pribadi masing-masing. Kitab suci yang memuat perundang-undangan dunia tak ubahnya boneka yang dapat dipermainkan oleh siapa, dimana, dan kapan saja. Begitu juga dengan modernisasi, keasliannya sudah direnggut dan dikalahkan oleh kepentingan-kepentingan yang bersifat temporer. Implikasinya, kehadiran modernisasi tidak dapat membawa kebahagiaan, bahkan keingungan semakin rentan menimpa manusia dalam menjalani hidupnya.
Dalam konteks seperti ini, perenungan kembali terhadap nilai-nilai Alquran dan modernisasi patut dibutuhkan. Bagaimana Alquran mampu diterjemahkan dalam konteks nyata dengan bentuk aplikasi nilai sakralnya. Begitu juga modernisasi, bagaimana kecanggihan teknologi dapat dijadikan kesempatan emas untuk meraih ketenangan, kenyamanan dan kebahagiaan di dunia dan di akhirat nanti. Untuk mendapatkan hal tersebut maka Alquran dan modernisasi harus dikompromikan sehingga menjadi satu kekuatan yang akan memberikan jalan terang. Modernisasi harus berjalan sesuai dengan aturan yang telah tertuang dalam Alquran dan Alquran harus terus diinterpretasikan sesuai dengan perkembangan zaman dengan tanpan meninggalkan nilai sakralnya.
Dengan demikian, modernisasi yang saat ini menjadi bumerang kehidupan manusia akan lunak dengan sendirinya. Alquran yang dianggap tidak relevan dengan zaman akan menemukan kembali reputasinya. Akhirnya, kebahagiaan hakiki akan didapat, toh walaupun zaman terus berkembang secara pesat. Abduh (2004:112) menyatakan adanya ikatan nilai antara Alquran dengan modernisasi akan dapat mempertemukan manusia pada kebahagiaan hakiki dalam kemudernan sejati.

Wallahua’lamu bisshawab
 
Template designed by Nazifa AL-Anisa